personalityaisahjamil

Kesiapan Menghadapi Tantangan (Adversity Quotient)

Posted by: aismhil on: December 23, 2010

In: Uncategorized
Leave a Comment

Ada beberapa hal yang menjadi penentu kesuksesan seseorang. yang banyak dibicarakan tentu saja seputar IQ (intelektual),EQ(emosional),SQ(spiritual) ,AQ (adversity quotient) yang diperkenalkan oleh Paul Stolzt AQ digunakan untuk menilai sejauh mana seseorang menghadapi masalah rumit dan penuh tantangan dan bahkan merubahnya menjadi peluanang.

dalam Adversity Quotient hal pokok yang menjadi sorotan adalah seberapa jauh kemampuan seseorang untuk dapat untuk dapat bertahan ketika menghadapi kesulitan dan mengatasi kesulitan-kesulitannta. banyak orang yang menyerah sebelum bertanding ketika berhadapan dengan tantangan-tantangan hidup.Orang seperti ini tidak akan pernah tahu seberapa besar usaha dan batas kemampuan yang benar-benar terpuji. diantara orang-orang itu, tidak sedikit orang yang jelas-jelas sangat cerdas namun gagal menunjukan potensi dirinya. Ada seorang siswa yang tingkat EQ dan IQ tinggi namun tidak lulus dalam ujian akhir.penyebab utamanya adalah tingkat kemampuan siswa tersebut dalam kemampuan menghadapi kesulitan hidup rendah AQ.kesulitan itu bisa saja terjadi karena :diputus pacar,pacarnya menikah dengan orang lain,dimarahi,konflik dengan orang tua dsb. Akhirnya ia menjadi prustasi,tidak dapat berpikir dan berkonsentrasi dalam belajar atau akibat menghadapi ujian dan berakibat fatal.

sebaliknya ada pula orang yang miliki iQ yang sedang tetapi jauh lebih unggul dan berprestasi melebihi yang diharapkan.hal ini terjadi karena siswa tersebut memiliki AQ (Adversity Quotient) atau tingkat kecerdasan untuk bertahan dalam kesulitan dan dapat mengatasi kesulitan-kesulitan yang tinggi. dalam menggapai cita-cita kita banyak dihadapkan pada kesulitan/tantangan hidup.a

Jika berada dalam suatu kesulitan janganlah berfikir bahwa tidak akan ada jalan keluar dan pasrah dengan nasib dan keadaan. Jika kita berfikir tentang kekalahan dalam menghadapi tantangan hidup ini, kekalahan yang nyata akan kita dapatkan dan kita alami. Pikiran mendapatkan maknanya dalam kenyataan. Gunakanlah sikap ” saya tidak percaya akan kekalahan” dan kita akan menjadi pemenang.

Paul G Stolzt,penemu teori AQ ,berdasarkan penelitiannya membagi 3 tingkatan AQ dalam masyarakat yakni:

Tipe Quiters (orang-orang yang berhenti)

mereka ini adalah orang yang AQnya paling lemah ketika menghadapi berbagai kesulitan hidup. mereka berhenti dan langsung menyerah ketika berhadapan dengan suatu kesulitan. mereka tidak memanfatkan peluang,potensi diri dan kesempatan dalam hidup. ia akan pilu dan menderita dan pilu ketka menoleh kebelakang dan menoleh bahwa kehidupannya tidak optimal dan kurang bermakna,akibatnya ia menjadi murung,sinis ,pemurung,frustasi,menyalahkan semua orang yang disekelilingnya dan iri hati pada orang-orang yang terus mendaki kehidupan ini.

Tipe Campers (orang-orang yang berkemah)

mereka adalah orang-orang yang AQnya tingkat sedang.mereka giat mendaki tetapi ditengah perjalanan merasa bosan merasa cukup dan mengakhiri pendakiannya dengan mencari tempat datar dan nyaman untuk membangun tenda perkemahan hidup ini. mereka menganggap sudah sukses dan memilih kehidupannya penuh proses pendakian dan perjuangan tetapi makin jauh ia mendaki, ia memilih berbelok membangun kemah di lereng gunung kehidupan kehidupan. Alasan mereka mereka lelah mendaki ,menganggap prestasi ini sudah cukup ,senang dengan ilusinya sendiri dan tentang apa yang sudah ada. mereka tidak mau menengok apa yang mungkin terjadi.

Tipe Climbers (Para Pendaki Sejati)

Mereka adalah orang-orang yang AQnya tingkat tinggi. Mereka faham benar bahwa kehidupan sekarang ini adalah tempat ujian dan tempat pendakian untuk menuju kehidupan sesungguhnya di hari akhir. Gaya hidup Climbers ialah menjalani hidup ini secara lengkap .mereka yakin bahwa langkah-langkah kecil saat ini akan membawa kemajuan dan manfaat yang berarti. pendaki sejati tidak lari dari tantangan dan kesulitan kehidupan.

Membangun kemampuan menghadapi tantangan